Laman

Thursday, 2 September 2021

Study Kasus Bioteknologi Jerami

 Diambil dari jurnal yang berjudul:

BIOTEKNOLOGI JERAMI PADI MELALUI FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA


Berawal dari masalah dimana pada musim kemarau ketersediaan pakan rerumputan yang dibutuhkan oleh ternak ruminanasia (domba, sapi, kerbau) sangatlah sedikit. Ketersediaan bahan makanan pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh faktor musim. Para petani sebagian besar memanfaatkan sisa-sisa pertanian seperti jerami untuk menyediakan bahan makan ternak. 

Kendala utama dari pemanfaatan jerami padi sebagai salah satu bahan pakan ternak adalah kandungan serat kasar tinggi dan protein serta kecernaan yang rendah. Penggunaan jerami secara langsung atau sebagai pakan tunggal tidak dapat  memenuhi pasokan nutrisi yang dibutuhkan ternak.

Agar limbah pertanian berupa jerami padi dapat digunakan secara luas pada ternak ruminansia dalam mengatasi kendala-kendala penyediaan bahan pakan ternak pada musim kemarau dan pemanfaatan limbah yang berlimpah maka perlu dilakukan suatu upaya peningkatan daya guna dari limbah tersebut melalui suatu teknologi pakan yang tepat guna. Salah satu teknologi pakan tepat guna yang dilakukan dalam penggolahan bahan pakan ternak adalah bioteknologi melalui fermentasi.

Pada penghujan, jerami padi diberikan dalam jumlah sedikit. sedangkan pada musim kemarau pada umumnya peternak memberikan jerami padi sebagai hijauan tunggal. Jerami padi mengandung sedikit protein, lemak dan pati serta serat kasar yang relatif tinggi karena lignin dan silikanya tinggi. Untuk meningkatkan kecernaan jerami padi dan jumlah konsumsinya, jerami padi perlu diberi perlakuan secara biologis dengan menggunakan probiotik. Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung polimikroorganisme, lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik, lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapat memfermentasi jerami sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya

Hasil penelitian mengambarkan bahwa komposisi nutrisi jerami padi yang telah difermentasi dengan menggunakan starter mikroba (starbio) sebanyak 0,06% dari berat jerami padi, secara umum memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak difermentasi. Selanjutnya dikatakan  kadar protein kasar jerami padi yang difermentasi mengalami peningkatan dari 4,23 % menjadi 8,14%  dan diikuti dengan penurunan kadar serat kasar. Hal ini memberikan indikasi bahwa starter mikroba yang mengandung mikroba proteolitik yang menghasilkan enzim protease dapat merombak protein menjadi polipeptida yang selanjutnya menjadi peptida sederhana

Starbio merupakan hasil teknologi tinggi yang berisi koloni mikroba rumen sapi yang diisolasi dari alam untuk membantu penguraian struktur jaringan pakan yang sulit terurai. Adapun koloni-koloni mikroba tersebut terdiri dari mikroba yang bersifat proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan yang bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik.

starbio adalah feed suplemen yang berfungsi membantu meningkatkan daya cerna pakan dalam lambung ternak. Starbio ini terdiri dari koloni mikrobe 9 (bakteri fakultatif) yang berasal dari lambung ternak ruminansia dan dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun yang telah membusuk. Starbio dipasarkan berupa serbuk berwarna coklat.

Penggunaan starbio pada pakan ternak akan menimbulkan karbohidrat, protein dan lemak yang undigested pada feses akan lebih kecil sehingga lebih banyak energi yang dibebaskan dan dikonversi ke produksi serta sedikit energi yang hilang dalam bentuk gas methane.

Jadi dapat disimpulkan dari pembahasan yang telah diuraikan diatas bahwa limbah pertanian berupa jerami padi sangatlah potensial bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pakan ternak perlu dilakukan penggolahan yang tepat guna berupa bioteknologi melalui fermentasi. Dan penggolahan jerami padi secara bioteknologi melalui fermentasi memiliki keunggulan antara lain bahan pakan (jerami) yang difermentasi memiliki kandungan nutrisi yang dihasilkan lebih tinggi dibanding tanpa fermentasi (meningkat protein dan menurunkan serat kasar) dan memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak (palatable) 






No comments:

Post a Comment